POLITIKACEH.COM |Aceh Timur - Ketua PA/KPA Aceh Timur, Syahrul Bin Syamaun atau yang lebih dikenal dengan sebutan Linud mengaku, jajaran PA/KPA di wilayahnya tidak akan gentar menghadapi propaganda lawan politik. Apalagi lawan politik partai penguasa ini tak lain merupakan para pecundang yang telah hengkang dari Partai Aceh.
“Berpengalaman pada sifat histori konflik, bagaimana kita mampu mengendalikan managemen konflik yang dibangun lawan perjuangan. Hal ini dulu kita diajarkan oleh Wali Tgk. Hasan Di Toro (Anti tesis managemet konflik). Maka sah-sah saja jika propaganda diterapkan didalam dunia politik sejauh tidak mengandung fitnah,” ujar Linud saat Pengukuhan Tim Pemenangan Calon Gubernur dan Wakil, Calon Bupati dan Wakil Kecamatan Madat, Senin, (14/11).
Mantan Panglima GAM itu menilai, selama sepak terjang dikancah politik Partai Aceh telah diterima oleh banyak kalangan, diantaranya adalah para Ulama Aceh yang telah mengetahui persis bagaimana partai itu dilahirkan.
“Ulama Aceh pun menerima Partai Aceh, kenapa hal ini terjadi? Ini semua karena perjuangan GAM. Melalui jalur politik-lah hari ini perjuangan itu kita lanjutkan untuk kesejahteraan semua lapisan masyarakat Aceh,” jelas Linud.
“Kenapa hari ini kita harus merebut kekuasaan ? Ksrena melalui parlemen-lah perjuangan ini mampu kita wujudkan, melalui kepercayaan masyarakat Aceh maka semua ini akan berhasil,” tandas Linud seraya mengharap agar seluruh GAM tidak terprovokasi dengan sejumlah pengkhianat yang telah keluar dari garis perjuangan.
Selain itu, Syahrul sangat menyayangkan atas sikap para pecundang politik yang selama ini mengambil keuntungan dari jasa Partai Aceh.
“Dulu kita berjuang bersama, sekarang kita sudah pecah. Perpecahan ini juga memiliki hikmah yang luar biasa, secara realistis kita sekarang tahu yang mana kawan seperjuangan dan juga lawan yang sejati,” cetusnya seraya menyebut kepada pengkhianat jangan mudah dibeli sehingga lupa berkaca diri dari mana asal usulnya.
Linud berpendapat, saat ini dinamika politik telah dimainkan untuk mengobrak-abrik perjanjian MOU Helsingky.
“Yang mau dipecahkan oleh mereka adalah GAM, maka kita sekarang diadu domba untuk terjadi perpecahan. Lihat saja para petinggi dulu membangun partai setelah itu di hancurkan. Siapa hari ini yang tidak konsisten, kamikah atau mereka? Disaat perang berkecamuk dulu, dengan kondisi sudah terdesak sekalipun, tidak satu langkahpun kami mundur keluar (lari keluar negeri-red) walau mati taruhannya. Tetapi coba lihat petinggi kita yang telah menyebrang, baru sedikit tantangan tidak diberi kedudukan sebentar langsung banting stir, ka grop pageu, itulah mereka para pecundang dan penakut semasa konflik dulu,” pungkas Linud yang diikuti suara gemuruh para pendukungnya.|| (Ronny S)