POLITIKACEH.CO | Banda Aceh – Usai enam calon Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh membacakan visi dan misinya, Mawardi Ismail mewakili panelis memberikan amplop berisi pertanyaan kepada host debat kandidat ketiga.
Debat terakhir ini berlangsung di Amel Convention, Banda Aceh, 31 Januari 2017 dan disiarkan secara langsung oleh I News TV.
Ada dua pertanyaan dari panelis yang harus dijawab dalam satu kesempatan oleh para calon kepala daerah. Pertanyaan itu tentang langkah konkrit apa yang dilakukan oleh calon terkait peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Aceh dan langkah untuk meningkatkan investor di Aceh.
Paslon nomor urut 3, Abdullah Puteh dan Sayed Mustafa yang pertama mendapat kesempatan berbicara mengatakan, pemerintah harus segera melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan PAD Aceh. Jika terpilih, ia akan berusaha untuk mendorong peningkatan pengusaha di Aceh.
“Akan ada 100 perusahaan besar di Aceh dengan izin dipercepat. Dengan ada perusahaan besar, maka lapangan kerja tercipta dan dimasuki anak muda Aceh. Jadi kemiskinan hilang,” ujar Abdullah Puteh.
Paslon nomor urut 6 Irwandi Yusuf dan Nova Iriansyah menjawab, pada 2007 Irwandi sudah berdayakan institusi kabin dengan pencetakan 1000 saudagar dalam setahun. “Memberdayakan UKM dan UMKM itu penting untuk meningkatkan Pendapatan Daerah Aceh,” kata Nova Iriansyah.
Selain itu, mereka akan melakukan penataan lahan dan mengelola lahan kembali dengan sebaik-baiknya untuk kepentingan rakyat. “Lahan harus digunakan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat. Kita akan undang investor-investor dan menunjukkan kalau Aceh ini aman,” ujarnya.
Muzakkir Manad dan TA Khalid sebagai paslon nomor urut 5 mengatakan, untuk meningkatkan PAD Aceh, bisa dilakukan dengan keamanan berdasar MoU Helsinki. Jika Aceh aman, ujar Muzakkir, orang luar akan yakin investasi di Aceh dan membawa uang sebanyak-banyaknya.
TA Khalid mengatakan, dengan menyelesakan MoU Helsinki, daerah Aceh akan aman. Mereka berkomitmen untuk menjadikan pertanian dan perkebunan menjadi industri.
Zakaria Saman dan T. Alaidinsyah sebagai paslon nomor 2 berpendapat, birokrasi pemerintah yang mudah akan membuat usaha rakyat berkembang. Masyarakat juga harus berpikir untuk bertani.
T Alaidinsyah mengatakan, peran serta masyarakat sangat diperlukan untuk meningkatkan PAD. “Izin dipermudah, kalau ada yang berinvestasi kita harus transparan, kemananan dijamin, dan daerah ekonomi bisa ditingkatkan.”
Paslon nomor 4, Zaini Abdullah dan Nasaruddin menjelaskan, untuk meningkatkan PAD Aceh, seluruh usaha yang ada di Aceh membayar pajak di Aceh secara intensif. Kemudian bisa juga dengan menggali sektor ekonomi yang baru seperti meningkatkan pariwisata islami di Aceh.
Zaini Abdullah mengatakan, daerah Aceh harus aman supaya orang mau datang. Terkait keizinan untuk investor ke Aceh juga harus dipermudah dan pungli itu dihapus secara total.
“Kemudian sekarang listrik hidup mati, tentu ini akan membawa hal negatif pada investor,” ujar Zaini. Menurutnya, pemerintah harus proaktif untuk mengundang investor datang ke Aceh.
Paslon nomor urut 1, Tarmizi A. Karim dan Machsalmina Ali berpendapat, jika pemerintah bisa menggunakan dana otonomi khusus dengan efesien, PAD juga akan berkembang dengan baik.
“Ada sektor-sektor strategis yang harus segera diangkat. Tidak ada kesejahteraan tanpa pertumbuhan dan tidak ada pertumbuhan tanpa inovasi,” ujar Tarmizi A. Karim. Keamanan dan kedamaian juga harus bisa diciptakan di Aceh untuk mendatangkan investor.
Sementara Machsalmina mengatakan, setiap perusahaan yang hadir di Aceh harus dibuat syarat, seperti SDM di Aceh harus pekerjakan, kemudian tata ruang juga harus jelas agar tidak ada pertengkaran antara rakyat dan perusahaan.
“Yang paling penting, jangan ada terjadi intimidasi,” ujar Machsalmina.||(Hadi | MC KIP Aceh)